Selasa, 24 Januari 2023

MAS #1: KADO ULANG TAHUN



Oleh: Moch. Ferdi Al Qadri*

Tulisan pertama ini akan memulai seri berjudul “Membaca Andika Saputra” (MAS). Pada mulanya, kata “membaca” saya temukan dalam seri tulisan “Membaca Gus Dur dan Mahbub Djunaidi” yang diunggah secara rutin oleh akun Suhai(ri) Ahmad di medium.com (suhairi4hmad.medium.com). Lalu pada Sabtu malam, 21 Januari 2023 kawan saya Azizah Romadhona (pendiri SEED Institute) melontarkan ide serupa untuk membuat seri tulisan “Membaca Andika Saputra”. Dengan begitu jadilah rubrik tulisan ini untuk mengenang gurunda kami di komunitas SEED Institute, Andika Saputra, S.T., M.Sc. (kami memanggilnya Pak Andika). 

Rubrik ini akan kami isi secara berkala untuk membaca kembali serpihan-serpihan pemikiran Pak Andika yang tersebar dalam buku, tulisan di berbagai media, dan rekaman audio maupun video. Termasuk akan memaparkan berbagai sikap dan pendirian beliau ketika berhadapan dengan berbagai pemikiran dan fenomena kehidupan. Sikap dan pendirian tersebut mencerminkan teguh idealisme beliau hingga akhir hayat.

Saya tidak ingin mendaku upaya sederhana ini sebagai pewarisan kejayaan alam pikiran dan nilai. Melainkan untuk mengenang dan berbagi. Selama 3 tahun terhitung Desember 2019, hingga perbincangan terakhir saya dengan beliau di sore hari Jumat, 19 Januari 2023, merupakan pengalaman yang sangat berharga dan sayang jika hanya disimpan dalam memori pribadi.

***

Tulisan pertama ini saya beri judul “Kado Ulang Tahun”. Mungkin di antara pembaca ada yang bertanya mengapa. Judul ini adalah pengalaman yang sangat personal bagi saya. Pada hari Jumat, 19 Januari 2023, pukul 19.06 WIB (seingat saya), Pak Andika mengembuskan nafas terakhirnya di kamar nomor 8, Gedung Cendana lt. 2, RSUD dr. Moewardi, Jebres, Surakarta. Di samping Pak Andika ada Bunda Uum dan saya. Saya kebingungan, mengingat esok harinya, sabtu, 20 Januari 2023 merupakan peringatan hari lahir saya yang ke-23. 

Dalam kebiasaan keluarga saya tidak pernah mengadakan perayaan untuk memperingati hari ulang tahun. Ketika masih bersekolah dan tinggal serumah dengan orang tua, menjelang 20 Januari saya selalu ditawari oleh ibu: besok mau puasa atau tidak? Sejak SMP saya berpuasa untuk memperingati hari kelahiran, tentu ditemani ibu yang juga ikut berpuasa. Tidak ada kado,  kue dan tiup lilin, serta atribut dan kegiatan seremonial lain.

Tahun ini saya berencana memperingatinya lain dari biasa. Memperingati ulang tahun yang ke-23, saya berniat memberikan sesuatu kepada Pak Andika. Kenapa baru tahun ini? Alasannya ada dua: (1) pada peringatan ulang tahun ke-35 pada 26 November 2022 lalu saya tidak memberikan apa pun kepada beliau, dan (2) saya sedang mengadakan proyek kecil-kecilan bersama beberapa kawan untuk menyambut bulan puasa tahun ini. Hasil proyek tersebut akan kami terbitkan menjadi buku. Buku itulah kelak akan saya persembahkan untuk Pak Andika. 

Rencana tetaplah rencana. Tuhan berkehendak lain daripada rencana manusia. 

Butuh waktu bagi saya memikirkan bagaimana mungkin Allah swt. memanggil Pak Andika kembali ke “pangkuan”-Nya secepat ini. Mungkin ini kado untuk Pak Andika: pertemuan kembali dengan-Nya di malam jumat, malam mulia yang sangat dicintai beliau. Pak Andika telah menyelesaikan tugas di muka bumi sebagai wakil-Nya, bagaimana pun manusia menghitung-hitung ukuran “selesai” tersebut. 

Pak Andika baru saja mulai merumuskan Arsitektur Profetik. “Kalau tidak sakit, sudah terbit dua buku itu Fer” kata beliau di ruang rawat inap RS PKU Surakarta. Buku tersebut ialah Kemelut Pandemi 2 dan Mencari Masjid.  Jika memasukkan kerja keilmuan tadi dalam hitungan, beliau belum menyelesaikan tugas. Masih banyak yang bisa (dan ingin) ia lakukan. Tetapi tidak menurut hitungan Allah swt.

Mungkin juga ini adalah kado untuk saya: malam ulang tahun yang akan selalu terkenang. Pada malam itulah saya pertama kali mendampingi seseorang menghadapi sakaratul maut. Malam itu saya pertama kali mengurus jenazah dari awal hingga besok siangnya dimakamkan. Malam itu Allah swt. mengingatkan betapa umur adalah rahasia-Nya. Betapa Ia mengatur skenario hingga saya dapat berdiri di samping Pak Andika di akhir hayatnya. Allahu Akbar.

Malam itu Allah swt. memberikan saya kado: tugas untuk melanjutkan perjuangan Pak Andika. Ia seorang guru, ayah, sekaligus sahabat. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu. Wallahu a’lam.


Masjid Baitul Atiiq. Senin, 23 Januari 2023.

_____

*Pegiat SEED Institute

Penyunting: Ferdi